31 Oktober, 2011

Jaket Kulit Racing



Jaket kulit
Bahan : kulit domba
Harga : Rp 1.250.000,-

berminat hubungi : 0856 6764 6788
                            021-99600277

Label:

Asuransi Dunia Vs Asuransi Akherat

Oleh: Eka Hendra F.

Siapa yang tidak kenal Asuransi, kalau dihitung-hitung mungkin ada ratusan Asuransi yang ada di Indonesia. Berbagai program menarik mereka tawarkan untuk menarik para Nasabah. Dari premi yang paling tinggi sampai dengan premi yang paling ringan, bahkan sekarang ini Asuransi telah dikombinasi dengan embel-embel investasi. Sehingga dalam waktu beberapa tahun sudah bisa memetik hasil yang cukup lumayan.
Bukan bermaksud merendahkan Asuransi, tapi ini sekedar perbandingan. Secara pribadi aku lebih tertarik dengan Asuransi Akherat yaitu sedekah dan aku sangat percaya dengan Asuransi ini karena bukan manusia sebagai pengelolanya tapi Tuhan yang menjadi pengelolanya. Bayangkan jika sebuah Lembaga Keuangan dikelola oleh Sang Maha Pencipta.
Asuransi Dunia hanya bisa diklaim setelah nasabah mengalami kecelakaan, rawat inap atau kematian sedang Asuransi Akherat mampu diklaim untuk mencegah kecelakaan dan memanjangkan umur. Dalam hadist Nabi dikatakan: “Sesungguhnya sedekah dapat menolak 70 pintu bencana“. Dalam hadist lain juga dikatakan “Sedekah dapat menolak musibah serta dapat memanjangkan umur“.  Asuransi  Dunia hanya bisa buat investasi di Dunia saja plus sedikit bunga, tapi Asuransi Akherat bisa melipatgandakan rezeki, dalam Alquran Surah Al Baqarah Ayat 245 Allah berfirman: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), MAKA ALLAH MELIPAT GANDAKAN PEMBAYARAN KEPADANYA DENGAN LIPAT GANDA YANG BANYAK. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. Secara perhitungan matematika manusia memang tidak masuk akal tapi diluar dari perhitungan itu sesungguhnya Allah Maha Kaya coba perhatikan dan rasakan. Dan dalam Surah Al Baqarah Ayat 261: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
Nah dari program yang Allah janjikan itulah aku lebih tertarik untuk memilih Asuransi Akherat daripada Asuransi Dunia. Mari kita bayar premi Asuransi Akherat kita dengan rutin, semoga kita menjadi orang yang sukses dunia dan akherat, Amin.

Label:

23 Oktober, 2011

Liburan Musim Hujan

Oleh: Eka Hendra F.

Sepertinya musim hujan telah tiba sudah tiga hari berturut-turut hujan turun. Akhir-akhir ini cuaca sudah mulai bingung seperti manusia, bingung tentang kehidupan hehe… Mestinya musim hujan eh malah musim kemarau, mestinya musim kemarau eh malah hujan, begitulah alam ini sepertinya sudah benar-benar sudah tua sehingga sudah lupa dengan hitungannya. Akhirnya walaupun kemarin motorku sudah dicuci, karena kemarin kehujanan dan kotor. Hari ini aku putuskan untuk mencuci kembali, sembari main hujan-hujanan lumayan buat mengisi kegiatan di hari libur.
Sebagian orang mungkin takut bermain hujan-hujanan karena bisa mendatangkan penyakit, tapi tidak untuk sebagian orang contohnya aku. Bagiku bermain hujan-hujanan sambil lari-lari main kejar-kejaran sama keponakan sungguh asyik sekali, rasa dingin tak dihiraukan. Segala kepenatan pun hilang seiring canda gurauku dengan keponakan-keponakanku.
Ternyata untuk menghilangkan stress itu tidak harus bepergian jauh atau pergi ke tempat-tempat hiburan, tapi dengan bermain hujan-hujanan saja pun bisa. Memang bagi orang dewasa hal ini sepertinya norak sekali seperti kelakuan anak kecil yang suka main hujan-hujanan tapi jangan salah. Ini bisa dibuktikan manfaatnya. Murah meriah bahkan membuat hubungan keluarga kita menjadi lebih asyik.
Bagi anda bingung untuk hiburan di musim hujan, ini bisa jadi alternative untuk dijadikan hiburan dan penghilang stess. Hujan……?! bukan penghalang untuk mencari hiburan.

Label:

20 Oktober, 2011

Soto Gandem

Oleh: Eka Hendra F.



Hari ini aku seperti memiliki dua nyawa, aku bekerja dengan semangat sekali, seperti tak ada rasa lelah sedikitpun di badanku. Konsentrasiku mampu kukerahkan dengan baik akhirnya pekerjaanku mampu keselesaikan dengan baik. Hari aku harus memberikan laporan kerja kepada atasanku. Setiap tanggal 20 aku membuat laporan Daftar Karyawan Baru, Daftar Mutasi,  Daftar Karyawan yang resign. Dari daftar itu atasanku akan melakukan pembebanan Gaji dan tunjangan terhadap seluruh karyawan baik pusat, cabang dan proyek.
Setelah sholat maghrib aku baru bisa keluar dari kantor, akupun langsung menuju kampus untuk menuntut ilmu. Lumayan macet diperjalanan, Jakarta memang belum ada ceritanya nggak macet. Untuk pengendara sepeda motor seperti aku ini kemacetan ini masih bisa teratasi dengan baik, karena masih bisa mencari jalan alternative untuk mempercepat perjalanan ke kampus. Karena sering mencoba melewati jalan-jalan tikus, waktu untuk menempuh kampus bisa di manaj dengan lebih efisien.
Akhirnya sampai pula aku di kampus STIE Ahmad Dahlan, kampus tempat aku mencari Ijazah Perguruan Tinggi, Eh salah tempat menuntut ilmu. Tapi jujur ku katakan aku memang hanya tertarik untuk mendapatkan ijazahnya dibanding ilmunya karena dalam benakku bahwa kesuksesan itu bukan karena Pendidikan Formal, melainkan pendidikan informal yang akan membawa kita kepada kesuksesan. Maaf Pak Dosen bukan bermaksud mengecilkan Anda. Tapi begitulah aku karena aku lebih menjiwai dunia entrepreneur, aku lebih suka bisnis. Dengan bisnis aku merasa lebih bisa mandiri dan merencakan kesuksesan hidupku.
Di Aula kampus masih berkumpul teman-temanku, tersirat pertanyaan dalam benakku kenapa mereka belum masuk kelas, padahal sebenarnya sudah menunjukkan waktu yang terlambat untuk masuk kelas. Ternyata setelah aku memarkirkan motorku, baru aku ketahui ternyata dosennya nggak hadir, dan tanpa keterangan dari pihak dosen. Pihak akademik pun tak bisa memberikan informasi apakan dosennya hadir atau absen. Tapi di papan pengumuman depan ruang akademik bertuliskan bahwa dosenku nggak ada keterangan.
Akhirnya aku memutuskan untuk tak berlama-lama di kampus, aku nggak mau membuang-buang waktu. Lebih baik langsung pulang karena bisa langsung istirahat. Langsung aku pamit dengan teman-temanku dan aku tancap motorku meninggalkan kampus.
Perut ini sudah terasa amat lapar, memang sudah waktunya perutku diisi. Apalagi tadi pagi aku nggak sarapan. Aku bangun kesiangan jadi nggak sempat sarapan lagi. Aku minum air putih yang banyak sekali untuk melupakan rasa lapar karena nggak sarapan.
Sambil nangkring di sepeda motorku, disepanjang jalan aku merenung memikirkan menu makan yang bakal aku santap. Karena aku lebih suka makan dengan menu yang berbeda-beda. Bosan rasanya kalau makan menunya cuma itu-itu saja. Pengen sekali mencoba menu-menu baru. Berapapun harganya tak jadi masalah yang penting aku bisa mencicipi masakan-masakan yang belum pernah aku santap.
Akhirnya sampai pula aku di sebuah warung makan yang bernama Soto Gandem, malam ini aku pilih Soto Gandem sebagai menu makanku. Aku sebenarnya sudah lama memperhatikan soto ini dari namanya saja begitu asing dan sepertinya soto ini masih terbilang baru dibuka di daerah sini. Soto ini terletak cukup dekat dengan keberadaan Masjid Kubah Mas. Masjid yang sering menjadi objek wisata kaum muslim, dari anak-anak TK, sekolah-sekolah madrasah, sampai ibu-ibu pengajian. Hari sabtu minggu Masjid ini ramai dengan para pengunjung.
Kembali ke soto, ternyata soto ini mirip dengan sotonya Pak Sadi yang terkenal itu. Dari bahan-bahanya terlihat sekali mirip dengan soto Pak Sadi. Waktu itu aku makan Soto Pak Sadi di Jl. Wolter Munginsidi, Jakarta. Mang luar biasa rasanya Soto Pak Sadi, mak Nyoss…. Soto Gandem hiasan Warungnya seperti gubuk pedesaan, kalau diamati menyenangkan sekali. Dalam pikirku yang punya warung ini tahu seni. Mengenai rasa ternyata sotonya kurang berani bumbu kalah jauh dibanding dengan Soto Pak Sadi. Ya wajarlahlah namanya juga Soto daerah kampung bukan daerah perkotaan, harganya juga Cuma Rp 15.000,- beda sekali dengan harga sotonya Pak Sadi yang ketika itu aku beli dengan harga Rp 38.000,-.
Sempat terpikir olehku ini sepertinya soto ini meniru atau jiplakan dari Soto Pak Sadi, ternyata beda, cuma sama pada bahan-bahannya saja tidak untuk rasanya. Soto Gandem kok nggak Gandem, padahal sebenarnya kalau rasanya bisa sama dengan Soto Pak Sadi, aku bisa tiap hari beli Soto itu. Namanya saja Soto Gandem, Gandem diambil dari bahasa Jawa istilah lain dari Mantep. Berarti soto yang mantep atau mak nyoss. Tapi ternyata nama tak sesuai dengan rasanya. Sepertinya pemilik warung ini mesti belajar lebih dalam lagi untuk memperkaya rasa sotonya. Bagiku harga nggak jadi masalah sepanjang lidah ini bisa dibikin goyang ngebor dan ketagihan. Seperti goyang ngebornya inul yang bikin para penontonnya ketagihan. Karena pastinya kalau namanya saja sudah beda dengan yang lain yaitu Gandem mestinya rasanya juga Gandem. Pastinya nanti bakal banyak pelanggan. Banyak orang yang mempromosikan dengan sukarela tentang di mana mendapatkan makanan yang enak.  

Label:

13 Oktober, 2011

Ketika cinta tak lagi kubutuhkan

Ditulis oleh : Eka Hendra F.

Aku diam tak bergeming
aku muak melihatmu
aku malas menatapmu

Apakah ini diriku
yang tak lagi butuh cinta
buat apa cinta jika harus mendustai
buat apa sayang jika penuh kepalsuan

Hari ini aku ingin sendiri
tanpa dia, juga tanpamu
hari ini kakiku masih kokoh berdiri
menatap masa yang tak pasti

Walau kutahu hidupku hampa tanpa cinta
walau kutahu hidupku kosong tanpa cinta
aku masih ingin sendiri
entah hari ini entah pula esok nanti

Label:

Tuhan Yang Terlupakan

Oleh : Eka Hendra Fanaya

Tuhan,
Aku tlah jauh dariMu
aku hanyut dalam gemerlap dunia yang semu
tak kuhirau lagi panggilan adzanMu
tak kudengar lagi lantunan firmanMu
bahkan aku lupa dengan semua kewajibanku

Tuhan,
Aku terjebak dan tersesat
hidupku penuh kemunafikan
aku fasik, aku ingkar
aku hina, aku pendusta

Tuhan,
hatiku tertutup oleh hartaku
kutipu diriku dengan tawaku
kututup hinaku dengan egoku
Tuhan, jika saja kau tau
aku butuh belaianMu

Tuhan,
aku telah melupakanmu disemua waktuku
bahkan aku hampir lupa namaMu
kini aku sepi dan sayu
hidup ini terasa sunyi dan beku
Tuhan, maafkan jika aku merinduMu

Label: